Lama ga buat postingan di blogku ini. maaf aku ga merawatmu dengan baik myblog.
tapi kali ini aku cuma pengen curhat. saat meraa sendiri, saat merasa ga ada yang bisa ngerti, saat ga ada tempat berkeluh kesah, bahkan pada Tuhan sekalipun. Jangan dulu menghakimiku karena aku berpikir seperti itu. Karena kalian tidak mengalami banyak kejadian yang aku alami. Hingga pada titik ini, aku benar-benar merasa putus asa.
Selama hidup, (rasanya, dan selalu kuusahakan) berjalan dijalur yang benar. sesekali memang "miring", tapi aku bukan orang yg mudah terlena dengan hal asyik tapi berdosa. Selalu ada hal yang mengingatkan atau yang menggerakkan hatiku, bahwa aku tidak seharusnya seperti ini, atau tidak seharusnya aku berada disini.
Duh..tiba-tiba aku ingin berhenti melanjutkan tulisan ini. Aku bingung harus memulai dari mana hingga aku berpikir tak ada artinya aku hidup ini. tapi sambil menunggu kantuk, aku tulis aja yang ada diotakku saat ini.
Kadang aku merasa Tuhan tidak adil. Kadang aku bertanya, Tuhan, apalagi setelah ini??? karena kerap kejadian menyakitkan datang bertubi-tubi. Ketulusan yang aku berikan sering kali berbalas dengan pengkhianatan. Lalu aku memaafkan dan memaklumi. Tapi lagi2 aku jatuh dilubang yang sama.
Kalo dipikir lagi, sejak kecil aku seperti manusia yang tidak pernah dikehendaki keberadaannya. Aku mandiri sejak kecil. Dulu saat aku SD, dan saat orang tuaku sering bertengkar dan ingin bercerai, aku selalu berusaha melindungi adik2ku dengan mengunci mereka di kamar, sementara aku memisahkan perkelahian ibu ayah.
Broken Home?? mungkin iya. Tapi broken home selalu dianggap negatif orang. Sejak dulu pelarianku adalah menulis, dan main musik. Aku tidak terlibat Narkoba meski lingkunganku mayoritas pemake. Aku juga bukan perempuan yang gampang jatuh cinta, punya pacar banyak, meski lingkunganku 99 persen laki-laki. Aku justru merasa terlindungi berada diantara mereka. Ga mikir yang aneh-aneh.
Ga munafik, pernah naksir dalam diam pada seseorang. Tapi aslinya, aku memang ga pe-de. minder.
Kalo cowoknya keliatan tampan, asik, humoris, banyak yang suka, aku malah mundur alon-alon. meski tau dia suka aku.
Tapi akhirnya aku menikah dengan orang yang dulu aku bela-bela, tapi pada akhirnya memperlakukanku seperti sampah. Kapan-kapan kalo lagi mood, aku ceritain deh bagian itu. Sekarang aku ingin tulis soal pencarianku akan Tuhan.
Kadang terlalu banyak kejadian menyakitkan, aku berpikir, apa yang salah pada diriku. Bagian mana yang harus kubenahi dalah hidupku. Lalu Aku berusaha mendekatkan diri padaNya. Tapi setelah itu, kejadian lebih besar dan lebih menyakitkan datang lagi. Katanya makin tebal iman seseorang, makin banyak ujiannya. Dulu aku berpikit begitu. Bahkan menasehati temen2 juga seperti itu.
Tapi sekarang, sesuatu terjadi padaku. Kegelisahanku ga bisa dibendung lagi. Lalu aku bertanya pada Tuhan : Tuhan, ini ujian atau hukuman?? apa lagi setelah ini. Sebegitu bencikah Kau padaku? Lalu untuk apa Kau ciptakan aku, Untuk apa aku dilahirkan? Kalo aku ada hanya untuk hidup terhina seperti ini, kenapa kau biarkan aku melakukan ini itu dengan jerih payah. Dengan Total, meski aku sering terjatuh, aku selalu bangkit lagi.
Aku membantu orang lain, aku berbuat sesuatu untuk orang banyak. Aku ga pernah berhitung. Aku bagikan keahlian keterampilanku pada orang banyak, tanpa berhitung dan meminta bayaran, Meski aku ditikam dari belakang, aku terus melakukan itu.
Aku membantu usaha teman yang terpuruk hingga kembali berdiri, meski akhirnya aku hanya dikhianati dan diperalat. itu terjadi berulang-ulang dan aku tidak pernah berhenti hanya karena aku dikhianati.
Hingga ketika suami yang menikahiku selama 18 tahun, membuangku ke jalan tanpa uang sepeserpun. 18 tahun aku memenuhi kebutuhan sendiri bukan dari suami aku ga komplen meski kesal dan marah. Aku disia-siakan, aku tetap setia padanya meski sudah tidak memiliki rasa. karena anak2!! Banyak hal ekonomi juga yang kubantu untuk keluarga, aku ga pernah berhitung.
Hingga aku dipercaya mengurus beberapa komunitas, lalu aku difitnah mantan suami karena selingkuh dan ga becus ngurus anak. Padahal meski aku sakit bahkan kecelakaan, aku tetap antar jemput anak, sementara dia pulang ke rumah ibunya.
Yang paling menyakitkan, ternyata 18 tahun pernikahanku tidak pernah tercatat di negara. Aku ditipu, dikadalin, dicampakan, dibuang dan terpaksa berpisah dengan anak-anak. Itu terpaksa aku lakukan, karena mantan ga mau rugi soal duit. Kalo anak-anak ikut aku, nanti duitnya aku yang make katanya. Jadi kalo anak-anak ikut aku, dia ga mau kasih nafkah.
Aku putuskan dalam perjanjian, sementara anak-anak ikut dia. Daripada mereka hidup susah ma aku. Meski akhirnya aku kost dekat rumah supaya tetap bisa mengawasi mereka. Dan datang setiap kali mereka butuhkan.
Banyak ketidak adilan yang aku rasakan. Semua pengorbananku rasanya ga ada artinya. Aku seperti manusia sampah. Lagi-lagi aku bertanya pada Tuhan, apa aku masih bisa berharap padaMu? apa doa-doaku dan kedzoliman yang aku alami, akan terus Kau abaikan?? Apa Kau ada Tuhan??
Lalu aku mulai menganggap Tuhan seperti mereka-mereka, manusia-manusia yang mempermainkan hidup dan harapanku. Perjuanganku. Seperti manusia-manusia yang aku anggap jahat. Lalu aku ini apa, kalo Tuhan aja JAHAT ke aku??
Kadang aku seperti orang gila. Aku menangis sendiri, bicara sendiri seolah-olah Tuhan ada didepanku. Tapi kata-kataku tak didengar.....Tuhan berpaling dariku...Lama-lama aku bisa jadi gila beneran..
Lalu aku tanya Tuhan lagi. Tuhan, anakku anak-anak yang baik. Yang tidak pernah menuntut ini itu, apa Kau ingin membuat mereka juga terhina kalo aku jadi gila??
Meski begitu, aku tak pernah mengungkapkan kegelisahanku ini pada mereka. Juga keluarga (adik2 dan ayah). Mereka taunya aku baik-baik aja. Ayah ga pernah khawatir ke aku, karena beliau menganggap aku pasti selalu bisa mengatasi setiap persoalan. Kadang dia lupa, aku juga manusia biasa. Butuh ditegur, diingatkan, diperhatikan, dipedulikan.
Aku udah mulai pusing nih..kepala terasa berat. mungkin aku perlu istirahat dan rebahan dulu. next time aku cerita lagi, kalo laptop pinjaman ini ga cepet diambil mantan suami. Karena dia sepertinya mau bikin aku sengsara dengan tidak memiliki apa-apa, dan melakukan yang membuatku senang,
nulis di HP?? kalo HPnya sehat mungkin bisa, Hp warisan selalu bekas punya anak-anak. Kadang hp mencet2 sendiri. Paling kesel kalo ada urusan penting, HP ga bisa diajak kompromi sehat dulu bentaran. Rasanya pengen banting. Tapi kalo aku banting nanti aku ga punya HP lagi. Beli darimana duitnya. Apalagi kondisi pandemi seperti ini, bikin ruang gerak terasa makin sempit.
udah dulu ah nulisnya. Dua hari lalu aku ke klinik, tensi darahku rendah banget. Kata dokternya gejala typus. Ga boleh kecapean dulu ya, jangan begadang, kurangin ngopi. Mungkin keleyengan ini gara-gara penyakit itu juga ditambah perut lapar dan kurang tidur.
aku rehat dulu. denger musik moga bikin aku ngantuk. Kemarin-kemarin denger syalawatan. Aku berhenti dulu, sambil mencari jawaban pada hatiku, apa aku masih bisa mempercayai adanya Tuhan atau aku hanya percaya di dunia hanya ada 2 hal, baik atau butuk. Tanpa Tuhan....
ga usah sewot deh yang baca. badan lagi sakit, jadi sensi dan kejadian buruk datang terus menerus. perut lapar, usaha apa aja buntu. mungkin besok aku bisa berubah pikiran.
met rehat myblog. juga kalian yang baca. sehat sll ya